God's Love Story

How can I give you up, Ephraim? How can I hand you over, Israel? . . . My heart churns within Me; My sympathy is stirred. —Hosea 11:8

Is there any human feeling more powerful than that of betrayal? Ask a high school girl whose boyfriend has dumped her for a pretty cheerleader. Or tune your radio to a country-western station and listen to the lyrics of infidelity. Or check out the murders reported in the daily newspaper, an amazing number of which trace back to a quarrel with an estranged lover.

In the Old Testament, God through Hosea’s marriage demonstrates in living color exactly what it is like to love someone desperately and get nothing in return. Not even God, with all His power, will force a human being to love Him.

Many people think of God as an impersonal force, something akin to the law of gravity. The book of Hosea portrays almost the opposite: a God of passion and fury and tears and love. A God in mourning over Israel’s rejection of Him (11:8).

God the lover does not desire to share His bride with anyone else. Yet, amazingly, when Israel turned her back on God, He stuck with her. He was willing to suffer, in hope that someday she would return to Him.

Hosea, and later Jesus, prove that God longs not to punish but to love. In fact, He loved us so much that He sent His Son to die for us! — Philip Yancey

Love sent the Savior to die in my stead.
Why should He love me so?
Meekly to Calvary’s cross He was led.
Why should He love me so? —Harkness

God loved us so much, He sent His only Son. (From Our Daily Bread) Read More...... Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Allah Turut Bekerja

Kejadian naas itu terjadi pada tanggal 15 April 2005, saat itu saya baru selesai makan siang. Saya lihat pekerjaan anak buah saya belum selesai, karena mereka lagi makan siang. Pikir saya daripada kasihan mereka pekerjaan belum selesai, apa yang saya bisa bantu saya mau lakukan. Maksud saya waktu itu nanti setelah saya bantu pekerjaannya mungkin dia bisa melanjutkan pekerjaan yang lainnya. Kejadiannya sekitar 500 m dari rumah saya, daerah Sunter. Ledakan terjadi, karena saya memotong bekas drum oli, saya pikir bekas drum oli sudah terbiasa dipotong atau digerinda, ternyata drum bekas yang satu ini bekas bahan kimia, jadi ada gas yang mau keluar. Ketika saya gerinda ada percikan api, percikan api itu memicu ledakan itu, saya waktu itu memotong bagian bawah, tapi dibagian atas meledak karena ada tekanan gas. Drumnya langsung menghantam mata saya dan saya koma.

Saya langsung dibawa kerumah sakit, saya disuntik morfin, supaya saya tidak terlalu merasa kesakitan, karena kecelakaan itu membuat saya sangat kesakitan sekali, meskipun saya diikat pun, saya masih terus meronta karena sakitnya. Akhirnya saya langsung dibawa kerumah sakit Mitra Kemayoran Jakarta.

Megawati Lim (Istri Eddy): Begitu mendengar kabar suami saya, awalnya saya tidak bisa terima. Saya bilang, apa salah suami saya? Kenapa sih Tuhan? Saya juga ga jahat sama orang... Tapi banyak teman-teman seiman yang menguatkan, dan mengatakan bahwa pencobaan-pencobaan yang diberikan tidak melampaui kekuatan kita. Karena Tuhan punya maksud... Dan saya merasa waktu itu memang Tuhan menguatkan saya...

Saya dioperasi di Singapura
Selama seminggu saya dalam keadaan koma, setelah sadar saya masih bisa membayangkan peristiwa terakhir yang terjadi pada saya. Saya di Jakarta sekitar 23 hari, setelah sadar saya sudah lihat siapa saja yang datang, operasi yang dilakukan di Indonesia adalah operasi untuk membuang mata saya, karena ledakan itu membuat bola mata saya hancur dan banyak darah yang keluar. Setelah operasi selesai dilakukan ternyata kondisi badan saya lemah, sampai beberapa hari keadaan tubuh saya tetap lemah, saat itu saya merasa mengapa sudah 23 hari kondisi saya tidak baik, semakin hari malahan semakin buruk, makan saja masih bisa lemas, ternyata setelah diperiksa tulang saya dimuka ini pada hancur layaknya kalau kaca pecah seperti pecah seribu.

Akhirnya operasi kemudian dilakukan di Singapur untuk merekonstruksi tulang muka saya. Operasi yang dilakukan adalah dengan membuka kepala saya, tulang-tulangnya dibetulkan, dilem, engsel-engsel gigi juga... Pada akhirnya puji Tuhan operasi berjalan dengan baik dan luar biasa berjalan lancar. Selesainya operasi dan pengobatan di Singapur hanya 5 hari, tapi untuk berobat jalan beberapa hari.

Sepuluh hari saya di Singapore dan kemudian balik lagi ke Indonesia, dan perawatan dirumah tinggal menghabiskan obat yang tersisa. Pada saat saya di Singapore kondisi badan saya lemah. Mata saya yang berfungsi cuma satu, dan satunya dibiarkan saja dan memakai biji mata palsu. Biji mata palsu dipakai supaya jangan orang melihat mata saya jadi ngeri, biji mata palsu itu harganya cukup mahal. Apalagi perawatannya, kalau kotor setahun sekali saya ganti yang baru karena sudah mulai kasar, maka akhirnya saya beli yang baru. Melalui peristiwa ini saya menyadari bahwa Tuhan tetap menolong hidup saya, dengan masih bisanya saya melihat. Kesehatan saya juga berangsur-angsur pulih dan semakin tambah baik. Di Singapore saya belum dikasih tahu kalau kondisi mata saya tidak dapat melihat lagi satunya.

Megawati Lim: Yang paling saya takutkan itu, saya takut dia tidak bisa terima kondisinya... Saya doa bilang, “Tuhan, saya sayang dia, saya mau terima dia apa adanya... Tuhan, tolong jangan buat Eddy murtad...”

Bahkan istri saya bilang kalau misalnya jahitan matanya dibuka dan suami saya meronta tolong di kasih suntikan penenang saja, karena istri saya takut pada akhirnya saya ngamuk dan tidak bisa menerima kenyataan. Tapi setelah saya tahu bahwa saya buta, yang saya rasakan saat itu adalah saya bisa menerima. Saya langsung diingatkan Tuhan mengenai kisah Ayub yang menguatkan saya, karena Ayub saja yang mempunyai banyak penderitaan yang lebih berat saja bisa menerima segala sesuatunya. Jadi saya cuma mengucap syukur saja, Puji Tuhan karena selama ini saya sudah banyak menerima banyak hal dalam hidup saya.

Selama berminggu-minggu dirawat di RS, baik di Jakarta maupun di Singapura, telah menghabiskan biaya sebanyak kurang lebih 500 juta rupiah. Namun di saat Eddy dan Mega bersatu berseru kepada Tuhan, keajaiban demi keajaiban terjadi.

Megawati Lim: Setiap hari ada saja pertolongan dari Tuhan. Sejak kejadian dibawa keluar ke Singapur, semua dana yang dibutuhkan sama sekali tidak mengambil dari uang tabungan kami, dan saya percaya Allah tidak pernah berhutang. Selalu ada saja bantuan yang datang buat keluarga kami. Saya juga semakin mengasihi Eddy, sebagai seorang istri saya yang merawat dia, suapin dia makan, doain dia, peluk dia, saya berjuang untuk dia, kalau bukan saya yang tulang rusuknya, siapa lagi, itu pikir saya.

Setelah menjalani perawatan di Singapur, berangsur-angsur kesehatan Eddy dipulihkan Tuhan secara total. Saat ini, dampak dari kecelakaan itu tidak tampak pada diri Eddy. Bahkan Tuhan menambah-nambahkan hikmat dan kepandaian kepada Eddy dalam mengembangkan bisnisnya.

Yang saya tahu kecelakaan ini malahan membuat saya memiliki kepintaran yang lebih lagi, mungkin karena saya mau menerima ini semua kejadian dengan mengucap syukur. Saya bersyukur karena saya masih dipercayakan satu mata, saya masih bisa pakai baju sendiri, bekerja dan berjalan sendiri,... Hal yang tidak mungkin, ketika menjadi mungkin, itulah yang namanya mukjizat... Tuhan dasyat dalam hidup saya, karena kecelakaan itu membawa sesuatu yang lebih berarti lagi bagi hidup saya...(fis)

”Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28)

Cerita ini disadur dari salah satu kesaksian oleh Eddy Lim Read More...... Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Kuasa Doa - Kesaksian Hidup

Saya menikah di usia yang tidak lagi muda. Keterlambatan saya menikah disebabkan oleh persepsi yg sedikit keliru tentang pernikahan. Meskipun saya berasal dari keluarga yang pernikahan orang tuanya berbahagia, saya begitu termakan dengan berita yang pernah saya dengar atau baca bahwa kalau kita menikah, kita akan terikat, kehilangan kebebasan, kalau terlambat pulang akan dihadiahi muka masam, dstnya. Kita juga tidak bisa lagi mengejar impian-2 kita sebagai pribadi.

Setelah usia saya menginjak 36 thn, keinginan untuk menikah timbul dengan begitu kuatnya. Setiap kali mengikuti persekutuan doa atau pun kelompok cell family altar, saya sering minta didoakan agar saya diberi jodoh. Saya pernah mendengar seorang pembicara yg mengatakan bahwa kita boleh menyebut kriteria pasangan yang kita inginkan pada saat kita memintanya kepada Tuhan. Saya pun meminta pasangan hidup yang cantik, tinggi, putih, langsing, dstnya tapi tentu saja harus anak Tuhan. Teman-2 saya mengatakan saya berat jodoh karena terlalu pemilih dan kriteria yang saya inginkan terlalu tinggi, "Mana ada orang yang sempurna kata mereka! ". Mungkin juga ada benarnya, tapi saya berprinsip bahwa saya tidak mau berpura-2 mencintai seseorang dan menikahinya hanya karena alasan umur yang sudah senja.

Tuhan memang maha pemurah, dengan caranya yang ajaib, saya dipertemukan dengan seorang gadis yg masih satu daerah dengan saya dan masih terhitung kerabat. Dia cantik dan putih, hidungnya mancung mesti tidak tinggi langsing seperti yg saya idam-2 kan sebelumnya. Tutur katanya halus dan panjang sabar. Ini cocok untuk mengimbangi saya yang agak temperamental dan cenderung ingin menang sendiri. Kalau kami berselisih paham, sering kali dia yang duluan meminta maaf meskipun sebenarnya saya yang salah. Dengan cara yg sederhana tersebut, dia mengajari saya untuk tidak lagi gengsi untuk meminta maaf. Selanjutnya saya meminta tanda dari Tuhan, bahwa apabila hubungan kami disetujui semua keluarga besar kami meskipun usia kami terpaut 15 tahun, berarti dia adalah jodoh yg Tuhan pilihkan buat saya. Saya menggumulkna hal ini berulang-ulang dalam doa. Benar, Tuhan turut campur tangan sehingga semua urusan peminangan secara adat berjalan dengan lancar meski calon mertua saya belum pernah melihat dan mengenal saya secara langsung karena saya sudah meninggalkan kampong halaman saya selama 22 tahun. Kalau bukan karena pertolongan Tuhan, mana mungkin ada keluarga yang mau menyerahkan anak gadisnya kepada orang yg belum pernah mereka lihat apalagi mengenal wataknya. Keluarga besar kami memang saling mengenal dengan baik karena masih ada hubungan kerabat, mereka bisa memaklumi ketidak pulangan saya selama urusan adat karena saya terikat pekerjaan. Kami akhirnya menikah di Sumba, daerah asal kami pada tanggal 10 October 2004. Setelah menikah, dia pindah mengikuti saya yang tinggal dan bekerja di Tangerang. Saya berusia jalan 39 tahun pada saat itu dan isteri saya berusia jalan 24 tahun

Mengingat usia saya yang tidak lagi muda, kami sepakat untuk langsung mempunyai anak begitu selesai menikah. Kami bergumul meminta sama Tuhan dan juga rajin bertanya pada teman-2 yang sudah terlebih dahulu mempunya anak. Setelah kosong tiga bulan, Tuhan menjawab doa kami dan isteri saya dinyatakan positif hamil. Kami tinggal didaerah Pasar Kemis yg jalanannya hampir selalu macet. Kalau mau periksa ke rumah sakit Siloam - Tangerang, harus lewat jalan belakang dan lewat tol Kedaton sehingga jarak perjalanannya menjadi 3x lipat. Karena isteri saya juga sering mual-2 di awal kehamilannya dan juga terkadang suka mabuk perjalanan, akhirnya kami memutuskan untuk periksa ke klinik Bunda Sejati yang tidak begitu jauh dari rumah. Kami dapat info dari teman gereja yang pernah melahirkan di sana bahwa pada hari-2 tertentu, ada dokter spesialis anak dari RS Harapan Kita yang praktek disana dan fasilitasnya juga cukup lengkap. Ada alat USG dan ada dua kamar VIP yang cukup representatif di klinik tsb. Kedua ruangan ini hampir selalu kosong setiap kali kami pergi periksa ke klinik tsb. Mungkin tarifnya terlalu mahal bagi mayoritas karyawan pabrik di daerah sekitar Pasar Kemis. Kami rajin konsultasi dengan Dokter spesialis kandungan dan mengikuti semua saran dokter agar kehamilan isteri saya berjalan lancar dan sehat. Kami juga terus berdoa agar anak kami lahir secara normal dan juga dengan anggota tubuh yang lengkap, terhindar dari segala bentuk kelainan dan cacat bawaan. Setiap kali kami konsulatasi, Dokter selalu memberikan diagnosa yang positif bahwa si ibu dan calon bayinya sehat-2 saja, tidak ada kelainan apa-2. Pada saat usia kandungan sudah 6 bulan, dengan berdasarkan hasil USG, Dokter memperkirakan anak kami laki-2. Betapa bahagianya saya dan isteri karena kami dari etnis Sumba yang patrilineal alias hanya anak laki-2 yang bisa meneruskan nama keluarga. Dokter memprediksi kelahiran akan terjadi pada sekitar minggu kedua bulan October.

Pada tanggal 27 September pagi, istri saya mulai merasakan kontraksi dan sedikit mules. Para ibu tetangga yg sudah mempunyai anak dan juga tante kami yang datang dari sumba untuk menolong proses melahirkan isteri saya mengatakan bahwa kelahiran akan terjadi paling lambat keesokan harinya. Sepulang kantor pada sekitar jam 7 malam saya membawa isteri saya ke klinik Bunda Sejati, rencananya kami mau mulai mondok saja malam itu. Betapa kagetnya kami karena kedua ruangan VIP yang biasanya kosong itu kedua-duanya terpakai. Belakangan baru saya pahami bahwa digunakannya kedua ruangan VIP tersebut bukan suatu kebetulan tapi karena Tuhan menginginkan kami pergi ke RS yang lebih lengkap fasilitasnya. Akhirnya saya memutuskan untuk ke RS Sari Asih karena dokter kandungan yg menangani isteri saya juga punya jadwal praktek disana meski saya tidak terlalu paham reputasi rumah sakit tersebut. Kami khawatir untuk ganti dokter karena takut dokter baru itu tidak mengetahui riwayat kehamilan isteri saya. Setelah melalui proses yang panjang pada malam itu akhirnya isteri saya melahirkan seorang bayi laki-2 secara normal pada tanggal 28 September 2005 jam 06.35 WIB. Saya sebenarnya fobia melihat darah tapi demi menguatkan isteri, saya turut memaksakan diri berdiri disamping tempat tidur untuk memberi dorongan semangat kepada isteri saya ketika dia berjuang bertaruh nyawa melahirkan bayi kami. Itulah sebabnya begitu anak kami lahir, saya langsung lari keluar supaya tidak melihat darah yang banyak itu. Betapa leganya hati ini, akhirnya saya menjadi seorang bapak. Saya kemudian sibuk menelpon dan mengirim sms menyampaikan kabar gembira ini kepada semua kerabat dan teman-2.

Lebih kurang setengah jam setelah anak saya selesai dibersihkan dan diperiksa, Saya dipanggil ke ruangan khusus. Hati saya berdebar-2 ketika seorang suster meminta saya menemui Dokter di ruangannya, jangan-2 anak saya ada kelainan. Benar dugaan saya, ternyata anak saya tidak mempunyai lubang anus. Di daerah yg seharusnya ada lubang anus, ada semacam daging tumbuh yang sedikit menonjol. Dokter menjelaskan bahwa anak saya harus dirawat di ruang perinatologi karena ada kelainan. Dia akan dirontgen dan diperiksa oleh dokter bedah untuk menentukan apakah bisa langsung dioperasi untuk dibuatkan dubur ataukan harus dibuatkan lubang pembuangan sementara didaerah perutnya. Operasi pembuatan lubang pembuangan di perut namanya "Collestomi" dan harus melalui 3 tahapan operasi baru bisa mempunyai lubang anus dipantat. Tahap pertama dibuatkan lubang pembuangan sementara di perut. Tahap kedua, setelah si bayi cukup besar, akan dibuatkan lubang anus. Tahap ketiga atau terakhir adalah penutupan Collestomi di perut dan penyambungan anus dengan ususnya. Membayangkan bayi sekecil itu harus mengalami operasi berulang-2, batin saya menjerit! Saya bertanya-2, "Tuhan! Saya rajin berdoa, setia ke gereja, rajin ikut FA dan PD kantor bahkan menjadi pengurus, pernah mengajar sekolah minggu, pernah menjadi ketua Pemuda di gereja, pernah menjadi majelis, kenapa saya harus diuji seberat ini? Kalau saya memang bersalah, kenapa anak saya yang dihukum! Bukankah semasa ia masih dalam kandungan, tidak putus-2nya kami berdoa agar dia terhindar dari segala bentuk kelainan? Bukankah Tuhan berjanji kalau dua seorang sehati sepakat meminta maka Tuhan akan menjawab mereka ( Mat 18: 19)". Hal ini menjadi semakin berat karena hal tsb harus saya pikul sendirian, saya tidak tega menyampaikannya kepada isteri saya yang masih meringis menahan rasa sakit bekas persalinan. Belum lagi membayangkan anak saya harus puasa 18 jam sebelum di rontgen dan membayangkan tajamnya jarum suntik yang ditusukkan ke tubuh mungilnya untuk pengambilan darah guna pemeriksaan laboratorium. Untuk mendapat dukungan kekuatan, saya mengirim sms dan juga menelpon beberapa saudara seiman. Balasan SMS dan telpon dari mereka cukup menguatkan saya. Ada yang mengatakan, "Tuhan pasti punya maksud atas segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita". Ada yang mengutip ayat Alkitab yang mengatakan bahwa pencobaan-2 yg kita alami hanyalah pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan manusia. Apabila Dia mengijinkan pencobaan itu datang, Dia akan memberi kekuatan sehingga kita cakap menanggungnya. Saya sangat bersyukur dengan kata-2 yang menguatkan dari saudara-2 seiman. Saya baru memberitahukan isteri saya mengenai keadaan anak kami pada jam 6 sore setelah keadaannya cukup stabil. Melihat isteri saya menangis sambil menahan rasa sakit merupakan siksaan tersendiri lagi buat saya.

Beruntung saya tidak tenggelam dalam kesedihan. Saya menghardik diri saya sendiri untuk membangunkan iman saya. Dengan dibantu adik saya perempuan, kami berdoa sepanjang hari itu, bergumul meminta belas kasihan Tuhan supaya anak saya bisa langsung dibuatkan anus tanpa melalui pembuatan collestomi. Saya berkata, "Tuhan Yesus, Engkau tetap sama baik 2000 tahun yg lalu maupun sekarang bahkan sampai selama-2 nya. Saya percaya Engkau tetap mampu melakukan mujizat buat anak saya, Kalau dia tidak ada usus, buat ada ususnya sekarang!". Saya terus berdoa ketika anak saya harus masuk ke ruang radiolaogi untuk dirontgen pada jam 12 malam hari itu. Saya tidak bisa tidur sepanjang malam itu, pagi-2 benar saya sudah ke ruangan dokter menanyakan hasil rontgen anak saya. Puji Tuhan, Tuhan Yesus maha baik, anak saya ada ususnya. Dia hanya perlu operasi pembuatan lubang anus. Saya percaya ini merupakan jawaban Tuhan atas seruan kami memohon pertolongan. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan, air mata ucapan terima kasih bergulir di kedua belah pipi saya. Begitu keluar ruangan dokter, dengan air mata masih menggenang di pelupuk mata saya menyenandungkan lagu:

SMUA BAIK SMUA BAIK
SEGALA YANG TLAH KAU PERBUAT
DIDALAM HIDUPKU
SMUA BAIK
SUNGGUH TERAMAT BAIK
KAU JADIKAN HIDUPKU BERARTI.

Pergumulan selanjutnya adalah mencari jadwal operasi yang pas buat anak saya. Meski saya menginginkan agar operasi dilakukan hari itu juga, tanggah 29 September 2005, ini bukan persoalan yang mudah karena Dokter ahli bedah spesialis bayi yang baru lahir hanya beberapa orang jumlahnya di Indonesia. Yang punya dokter ahli tersebut hanya RSCM dan RS Harapan Kita. Dokter-2 yang jumlahnya sedikit inilah yang juga beredar di berbagai rumah sakit swasta atau negeri yang ada di Indonesia sehingga jadwalnya sangat padat. Terlebih lagi hanya ada satu Dokter bedah spesialis anak baru lahir yakni Dokter Sastiyono dari RSCM yang ada hubungan kerja dengan RS Sari Asih sehingga praktis hanya Dr inilah yang bisa diminta untuk mengoperasi anak saya. Menunggu konfirmasi dari RS mengenai persetujuan dari Dr Sastiyono saya rasakan seperti bertahun-2 lamanya. Saya menjadi tidak sabar dan berusaha mencari RS yang lain agar anak saya dirujuk ke sana . Saya mencoba mendatangi rumah sakit Siloam, ternyata dokter untuk masalah seperti anak saya hanya bisa ditemui dengan perjanjian terlebih dahulu dan jadwalnya hanya setiap hari Selasa sedangkan tanggal 29 September adalah hari Kamis .. Saya juga kuatir kalau pindah rumah sakit maka ada kemungkinan anak saya harus memulai dari awal semua proses pengecekan lab dan rontgen karena belum tentu RS baru percaya begitu saja hasil lab dan rontgen dari RS Sari Asih. Mereka juga mempunyai standar prosedur yang berbeda. Sementara kami tidak bisa menunggu lebih lama lagi karena anak saya sudah mulai diinfus dan perutnya sudah mulai kembung sebab tidak ada pembuangannya. Akhirnya saya memutuskan untuk focus pada RS Sari Asih saja. Kami sungguh2 berdoa agar Tuhan menggerakkan hati para dokter dan suster dengan belas kasihan supaya anak saya segera dioperasi. Setelah berkali-2 berkonsultasi dengan pihak RS Sari Asih, saya mendapat kepastian bahwa operasi akan dilakukan Jam 3 sore pada tgl 29 September itu juga. Puji Tuhan, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendirian.

Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, sudah molor 1 jam dari jadwal operasi tapi anak saya masih belum juga dioperasi. RS beralasan, Dokter Sastiyono kejebak macet orang demo kenaikan BBM. Beberapa kali RS mencoba menghubungi beliau tapi tidak tersambung. Kami tidak putus asa, kami terus berdoa agar Tuhan menuntun Dokter Satiyono ke Tangerang. "Tuhan!, singkirkan semua halangan agar Dokter Sastiyono dapat tiba di Tangerang", pinta kami. Pada jam 6.30 Sore saya baru mendapat kepastian bahwa Dr Sastiyono sedang dalam perjalanan dan operasi pasti akan dilakukan malam itu juga. Sebagaimana prosedur standar RS kalau ada pasien yang akan dioperasi, saya juga diminta menanda tangani sejumlah surat yg menyatakan tidak akan menuntut RS apapun yg menjadi hasil operasi nantinya. Saya juga harus siap membayar tambahan uang muka RS yg tidak murah karena begitu selesai operasi, anak saya harus masuk ruang NICU ( Neonatal Intensive Care Unit ) sampai kondisinya menjadi stabil. Dokter anestasi mengatakan bahwa bayi yg baru lahir organ tubuhnya belum berfungsi dengan normal sehingga sangat rentan terhadap efek anestesi. Hal-2 diluar dugaan sangat mungkin sekali terjadi. Sejujurnya penjelasan Dokter itu membuat saya kuatir dan takut tetapi saya berusaha menguatkan diri. Saya berkata pada Dokter anestesi dan para pembantunya bahwa saya sudah berdoa sehingga saya yakin anak saya akan baik-2 saja. Saya katakan, "Tuhan sendiri akan turut campur tangan mengoperasi anak saya sehingga saya tidak perlu kuatir!". Saya melihat Dokter dan para asistennya yg semuanya muslim menjadi agak terpana, mungkin mereka tidak biasa mendengar kata-2 seperti yang barusan saya ucapkan. Saya bersyukur, dalam kondisi seperti itu, saya masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mempraktekkan kesaksian iman. Sungguh benar, tiada yang mustahil bagi orang percaya.

Saya bertemu Dokter Sastiyono hanya beberapa saat menjelang anak saya dibawa menuju ruang operasi. Saya menduga umurnya sudah diatas 50 tahun. Orangnya tidak banyak bicara tapi saya lihat dia mempunyai percaya diri yang tinggi. Saya semakin yakin anak saya akan baik-2 saja. Anak saya masuk ruang operasi pada sekitar pukul 7.30 WIB. Saya dan adik saya menunggu diluar kamar operasi dengan perasan optimis dengan satu keyakinan bahwa Yesus yang kita sembah jauh lebih besar dari segala masalah kita.
Proses operasi hanya berlangsung lebih kurang 45 menit. Ketika Dokter Sastiyono keluar ruang operasi, dia mengatakan, "Operasi berjalan lancar, mudah-2an tidak ada apa-2! ". Kami semakin optimis dan tidak henti-2nya mengucap syukur kepada Tuhan.

Kami menjadi tidak sabar untuk segera melihat anak kami keluar ruang operasi. Setiap kali pintu ruang operasi dibuka dengan tidak sabar sabar kami berlari mendekati pintu tersebut. Sudah hampir sepuluh pasien yg didorong keluar dari ruang operasi tapi anak saya bukan salah satu diantaranya. Walau sedikit gelisah, kami masih tetap bersabar, tokh dokter mengatakan, "Operasi berjalan lancar! ". Lebih kurang jam sembilan, berarti anak saya sudah satu setengah jam di ruang operasi, suara pintu ruang operasi kembali berdenyit karena dibuka. Kali ini tidak ada pasien yg didorong keluar, tapi dokter kepala anestesi yg tadi saya temui sebelum operasi mencari saya. Bukannya anak saya yg segera keluar ruang operasi tapi saya yg justru diminta masuk ruang operasi, hati saya berdebar kencang, " Apa yg terjadi dengan anak saya!", saya menjerit dalam hati, pikiran buruk segera hinggap di pikiran saya. Saya dipersilahkan masuk ke sebuah ruangan setelah terlebih dahulu diminta mencopot sepatu. Dengan sangat hati-2, si dokter menceriterakan kondisi anak saya yg memburuk pasca operasi. Dokter tsb berceriteraa, " Setelah operasi selesai, anak saya tidak bisa bernafas sendiri, dia harus dibantu alat pernapasan. Mereka sudah beberapa kali melakukan tindakan medis tapi tidak ada reaksi sehingga alat bantu pernapasan tidak bisa dilepas". Suhu tubuh bayi normal adalah 36,5 - 37,5 derajad celcius tapi tubuh anak saya suhu tubuhnya drop sampai 34 derajad celcius padahal AC diruang dimana dia dioperasi sudah dimatikan. Mereka berjanji untuk terus berupaya menolong anak saya tapi saya diminta untuk tidak berharap terlalu banyak. Mereka meminta saya mendukung dalam doa dan juga bersikap pasrah.

Saya berjalan keluar ruang operasi dengan perasaan lunglai. Berbagai ketakutan dan bayangan buruk melintas dalam pikiran. Saya bergumam sendiri, " Apakah anak saya akan keluar ruang operasi setelah menjadi jenazah? Apakah saya harus menyiapkan penguburan? Dimankah dia harus dikuburkan? Haruskah dibawa pulang ke Sumba atau dikubur disini saja? ". Air mata saya tidak mampu lagi terbendung.

Untung pada saat kritis tersebut, sekali lagi saya diingatkan akan janji-2 Tuhan Yesus. Daripada berpikir yang bukan-2, lebih baik saya memperkatakan janji Tuhan. Semua janji Tuhan tentang pertolongan saya ucapkan satu per satu untuk membangunkan iman saya. Saya mulai berkata, "Dalam nama Yesus, engkau sembuh dan pulih! Hai maut, engkau sudah dikalahkan, dimanakah sengatmu? Saya mengutip Yoh 10:10, " Tuhan Yesus, Engkau sudah datang supaya anak saya memiliki hidup. "Oleh bilur-bilurMu, anak saya sudah sembuh". " Roh kematian, roh maut, aku ikat, tolak, patah, hancurkan dalam nama Tuhan Yesus". Saya mengutip kitab Roma, "Tuhan, Engkau tidak menyayangkan anakMu sendiri, bagaimanakah mungkin Engkau tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kami bersama-sama dengan Dia, termasuk hidup buat anakku". "Tuhan Yesus, orang yang sudah mati Engkau bangkitkan, yang lumpuh berjalan, yang buta melihat. "Saya percaya, mujizatmu akan berlaku juga untuk anak saya". Saya selingi doa dengan menaikkan beberapa pujian penyembahan antara lain:

........TIADA YANG MUSTAHIL BAGI ORANG PERCAYA .....dst.
.......ALLAH MENGERTI, ALLAH PEDULI.....dst .

Dua setengah jam lamanya saya berdoa dan bergumul dalam doa peperangan. Meski suara saya tercekat dan hampir tidak mampu mengeluarkan suara, saya terus berusaha berdoa dan menaikan pujian dalam derasnya air mata.

Kira-2 jam 11.30 malam, Dokter anestesi kembali memanggil saya masuk ruangan. Kali ini Dokter itu yang terheran-heran menyaksikan apa yang terjadi dengan anak saya di ruang operasi. Dia mengatakan bahwa apa yg dia lihat diruang operasi benar-2 mujizat. Suhu tubuh anak saya perlahan-2 merambat naik mendekati normal dan tetap stabil meskipun AC dihidupkan kembali. Sistim pernapasannya juga berangsur-2 membaik dengan sendirinya dan alat bantu pernapasan bisa dilepas. Memang masih perlu bantuan oksigen tapi tidak dimasukakkan dengan selang ke dalam hidungnya tapi hanya konsentrasi oksigen disekitar hidungnya saja yang dijaga supaya memudahkan dia memperoleh oksigen. Saya percaya, semua hal yang terjadi diruang operasi seperti disaksikan oleh si dokter adalah karena kuasa doa. Tuhan Yesus sudah menunjukkan kedasyahatannya dengan membuat apa yg tidak masuk akal menurut logika kedokteran menjadi mungkin. Sungguh benar bahwa Tuhan Yesus adalah Dokter diatas segala dokter seperti yang saya saksikan kepada para dokter dan suster ketika saya diminta menanda tangani semua persyaratan sebelum anak saya masuk ruang operasi.

Jam 11.30 lebih sedikit, tubuh mungil itu didorong keluar ruang operasi menuju bangsal perawatan NICU karena kondisinya masih harus dipantau secara ketat tetapi masa kritisnya sudah lewat. Setelah itu, anak saya masih dirawat di ruang NICU selama 3 malam dan 2 malam di ruang perinatologi. Selama masa perawatan anak kami di rumah sakit, kami menerima banyak sekali perhatian, dukungan doa bahkan bantuan financial dari saudara-saudara seiman. Tanpa diminta, rekan-2 dari perusahaan Sinar Mas Group, perusahaan dimana dulu saya bekerja. mengumpulkan dana secara sukarela untuk membantu kami, padahal saya sudah sepuluh bulan mengundurkan diri dari perusahaan tersebut. Bahkan beberapa rekan sepelayanan dari PD Ekklesia Wisma Indah Kiat menyempatkan diri datang ke rumah sakit untuk berdoa bersama-2 dengan kami memohon pertolongan Tuhan.

Beaya rumah sakit memang tidak sedikit jumlahnya. Satu hal yang kami yakini adalah seperti tertulis dalam Alkitab, "Tuhan tidak akan pernah membiarkan anak-2Nya sampai meminta-minta roti". Dia adalah Allah yang maha menyediakan sehingga semua beaya rumah sakit bisa kami lunasi. Hari Rabu minggu lalu, tanggal 5 Oktober 2005 anak saya sudah boleh pulang. Sekarang anak saya memang masih terus dalam perawatan luka bekas operasi tapi dia sudah terlihat sehat dan lucu. Seperti tradisi orang sumba yang mewariskan nama, dia kami beri nama seperti nama bapak saya, Umbu Hendry Kabubu Tarap ( dipanggil Hendry ). Jadi secara biologis dia anak saya tapi secara nama dia adalah bapak saya. Inilah tradisi orang sumba yang unik. Hendry merupakan kado satu tahun perkawinan kami pada tanggal 10 October 2005 ini. Suatu kado dari Tuhan yang tidak ternilai harganya.

Kesimpulan:
1. Ada satu perikop dalam Alkitab ( saya lupa kitabnya ), ketika ada orang yang bertanya kepada Tuhan Yesus, siapakah yang berdosa, sehingga orang yg ada dihapan mereka pada saat itu lahir dalam keadaan cacat. Tuhan Yesus menjawab, "Bukan salah salah orang tuanya dan bukan juga salah siapa-2 tetapi karena dengan demikian kemuliaan Tuhan dinyatakan". Demikian pula saya mengimani bahwa Tuhan mengijinkan anak saya lahir dengan cacat kecil supaya lewat perkara ini, kami bisa bersaksi tentang kebaikan dan kemurahan Tuhan

2. Meski saya tidak pandai menulis, saya memutuskan untuk menulis kesaksian ini supaya siapa pun yang sempat membaca tulisan ini bisa melihat bahwa doa yang dinaikkan sungguh-2 sangat besar kuasanya sebagaimana telah difirmankan oleh Tuhan Yesus. Dia yang berjanji adalah Allah yang hidup dan berkuasa sehingga kita boleh yakin bahwa tidak ada yang mustahil bagi Dia . Tuhan Yesus, Allah yang kita sembah sungguh dasyhat dan luar biasa. Mengiring Tuhan Yesus tidak berarti terbebas dari masalah, tapi Tuhan Yesus berjanji memberikan jalan keluar bagi setiap masalah yang kita hadapi.

Jakarta, 10 October 2005
Umbu Hunga Meha Tarap
Juwita Rambu Ngana
Umbu Hendry Kabubu Tarap Read More...... Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

BERDOA SAMPAI SESUATU TERJADI

Seorang laki-laki sedang tidur di pondoknya ketika kamarnya tiba-tiba menjadi terang, dan nampaklah Sang Juruselamat. Tuhan berkata padanya bahwa ada pekerjaan yang harus dilakukannya.
Lalu Tuhan menunjukkan padanya sebuah batu besar di depan pondoknya.
Tuhan menjelaskan bahwa ia harus mendorong batu itu dengan seluruh kekuatannya.
Hal ini dikerjakan laki-laki itu setiap hari. Bertahun- tahun ia bekerja sejak matahari terbit sampai terbenam, pundaknya sering menjadi kaku menahan dingin, ia kelelahan karena mendorong dengan seluruh kemampuannya.
Setiap malam laki-laki itu kembali ke kamarnya dengan sedih dan cemas, merasa bahwa sepanjang harinya kosong dan tersia-sia.
Ketika laki-laki itu mulai putus asa, si Iblispun mulai mengambil bagian untuk mengacaukan pikirannya "Sekian lama kau telah mendorong batu itu tetapi batu itu tidak bergeming. Apa kau ingin bunuh diri? Kau tidak akan pernah bisa memindahkannnya."
Lalu, ditunjukkannya pada laki-laki itu bahwa tugas itu sangat tidak masuk akal dan salah.
Pikiran tersebut kemudian membuat laki-laki itu putus asa dan patah semangat.
"Mengapa aku harus bunuh diri seperti ini?" pikirnya.
"Aku akan menyisihkan waktuku, dengan sedikit usaha, dan itu akan cukup baik."
Dan itulah yang direncanakan, sampai suatu hari diputuskannya untuk berdoa dan membawa pikiran yang mengganggu itu kepada Tuhan.
"Tuhan," katanya "Aku telah bekerja keras sekian lama dan melayaniMu, dengan segenap kekuatanku melakukan apa yang Kau inginkan. Tetapi sampai sekarang aku tidak dapat menggerakkan batu itu setengah milimeterpun. Mengapa?
Mengapa aku gagal?'"
Tuhan mendengarnya dengan penuh perhatian,"Sahabatku, ketika aku memintamu untuk melayaniKu dan kau menyanggupi, Aku berkata bahwa tugasmu adalah mendorong batu itu dengan seluruh kekuatanmu seperti yang telah kau lakukan. Tapi tidak sekalipun Aku berkata bahwa kau mesti menggesernya.
Tugasmu hanyalah mendorong. Dan kini kau datang padaKu dengan tenaga terkuras, berpikir bahwa kau telah gagal. tetapi apakah benar? Lihatlah dirimu.
Lenganmu kuat dan berotot, punggungmu tegap dan coklat, tanganmu keras karena tekanan terus- menerus, dan kakimu menjadi gempal dan kuat.
Sebaliknya kau telah bertumbuh banyak dan kini kemampuanmu melebihi sebelumnya. Meski kau belum menggeser batu itu. Tetapi panggilanmu adalah menurut dan mendorong dan belajar untuk setia dan percaya akan hikmatKu.
Ini yang kau telah selesaikan. Aku, sahabatku, sekarang akan memindahkan batu itu."
Terkadang, ketika kita mendengar suara Tuhan, kita cenderung menggunakan pikiran kita untuk menganalisa keinginanNya, sesungguhnya apa yang Tuhan inginkan adalah hal-hal yang sangat sederhana agar menuruti dan setia kepadaNya....
Dengan kata lain, berlatih menggeser gunung-gunung, tetapi kita tahu bahwa Tuhan selalu ada dan Dialah yang dapat memindahkannya. Ketika segala sesuatu kelihatan keliru.... lakukan P.U.S.H. (PUSH = dorong) Ketika pekerjaanmu mulai menurun..... lakukan P.U.S.H.
Ketika orang-orang tidak berlaku seperti yang semestinya mereka lakukan....
lakukan P.U.S.H.
Ketika uangmu seperti "lenyap" dan tagihan-tagihan mulai harus dibayar....
lakukan P.U.S.H.

P. Pray
U. Until
S. Something
H. Happens

PUSH = PRAY UNTIL SOMETHING HAPPENS!! (Berdoalah sampai sesuatu terjadi) Read More...... Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Adakah Orang Lain Berdoa untuk Kita....

Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke.
Sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.
Malaikat memulai pembicaraan, "Kalau dalam waktu 24 jam ada 50
orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup. Dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!
"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang.." kata si pengusaha ini dengan yakinnya.
Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.
Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya; dengan
antusiasnya si pengusaha bertanya, "Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit".
Dengan lembut si Malaikat berkata, "Anakku, aku sudah
berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi. Rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu".
Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si malaikat menunjukkan
layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka".
Kata Malaikat, "Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu
memberikanmu kesempatan kedua? Itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu"
Kembali terlihat dimana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, "
Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar dihadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah.
Hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri."
Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat"
Melihat peristiwa itu, tampa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini.
Timbul penyesalan bahwa selama ini bahwa dia bukanlah suami yang baik. Dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya. Malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.
Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa.
Tapi waktunya sudah terlambat ! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit
ada yang berdoa 47 orang !
Dengan setengah bergumam dia bertanya,"Apakah diantara
karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"
Jawab si Malaikat, "Ada beberapa yang berdoa buatmu.Tapi mereka
tidak tulus. Bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini. Itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik. Bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah".
Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia. Tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.
Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.
Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata,
"Anakku, Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu ! ! Kau tidak
jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam
24:00".
Dengan terheran-heran dan tidak percaya, si pengusaha bertanya
siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.
Bukankah itu Panti Asuhan ? kata si pengusaha pelan.
"Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa
bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri"
"Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di
koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU. Setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu. "
Doa sangat besar kuasanya. Tak jarang kita malas. Tidak punya waktu.
Tidak terbeban untuk berdoa bagi orang lain. Ketika kita mengingat seorang sahabat lama/keluarga, kita pikir itu hanya kebetulan saja padahal seharusnya kita berdoa bagi dia. Mungkin saja pada saat kita mengingatnya dia dalam keadaan butuh dukungan doa dari orang-orang yang mengasihi dia. Disaat kita berdoa bagi orang lain, kita akan mendapatkan kekuatan baru dan kita bisa melihat kemuliaan Tuhan dari peristiwa yang terjadi. Hindarilah perbuatan menyakiti orang lain...
Sebaliknya perbanyaklah berdoa buat orang lain.
Terima kasih Karena pahlawan sejati, bukan dilihat dari kekuatan phisiknya, tapi dari kekuatan hatinya.
Katakan ini dengan pelan, "Ya TUHAN saya mencintai-MU dan membutuhkan-MU, datang dan terangilah hati kami sekarang...!!!". Read More...... Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

If I Walk With Thee.....

Sejak di PHK dari perusahaan asing tempat saya bekerja, saya mencari nafkah dengan menjadi guru bhs Inggris di rumah. Murid saya dari bermacam-macam latar belakang, ada anak SMU, mahasiswa bahkan karyawan. Salah satu murid saya, namanya Daniel. Dia termasuk anak yang tidak pandai. Nilainya selalu paling jelek. Tetapi dia anak yang rajin, tidak pernah putus asa. Kehidupan rohaninya pun cukup baik, dia rajin ke gereja dan rajin berdoa.
Daniel belajar bhs Inggris karena dia ingin sekali bekerja di luar negeri. Walapun sebetulnya keluarganya sudah menganggap dia gila, karena keluarganya tahu bahwa dia bukan seorang anak yang pandai ....
Dan untuk bekerja diluar negeri pada perusahaan yang akan dilamar oleh Daniel, standar bhs Inggrisnya harus excellent. Jadi keluarganya selalu menyuruhnya untuk melupakan impiannya dan menyuruhnya bekerja di Indonesia saja. Apalagi biaya yg harus dikeluarkan oleh keluarganya lumayan besar untuk membiayai keberangkatannya. Tetapi Daniel tetap berusaha keras dengan belajar dan berdoa.
Kalau pada anak normal 3-5 bulan saya mengajar sudah terlihat kemajuannya, ibaratnya seekor burung, maka sudah bisa berkicau walaupn belum sempurna. Tapi Daniel ini, sudah 3-5 bulan kondisinya tetap saja "bisu", tidak ada satu katapun yang bisa dia katakan, yang membuat saya sukacita. Saya tetap dengan sabar mengajar dia, tapi sesudah 7 bulan tidak ada kemajuan yang berarti saya akhirnya mulai putus asa.
Saya mencoba berbicara dengan dia dari hati ke hati. Maksud saya supaya dia melupakan impiannya untuk bekerja di luar negeri karena kemampuannya belajar bhs Inggris sangat kurang, dan saya juga akan meminta dia untuk berhenti les dari saya, karena saya sungguh2 sudah putus asa. Saya kan juga tidak mau dibilang menerima uang les dengan cuma2 tanpa ada kemajuan dari sang murid.
Setelah saya utarakan semua uneg2 saya, saya melihat raut muka Daniel yang sedih, saya pun sedih ... bagaimana tidak, 7 bulan sudah menjadi murid saya dan saya minta dia untuk berhenti belajar karena saya putus asa .... Tetapi jawaban Daniel sungguh "menampar" iman kepercayaan saya sebagai seseorang yang percaya dan bergantung pada Yesus . Daniel berkata:"Ibu, kalau saya berjalan dengan Tuhan, saya percaya saya akan mendapatkan pekerjaan ini".
Saya sungguh malu, bagaimana tidak ... Daniel seorang muda dan sudah mempunyai keyakinan iman yang menakjubkan. Saya berkata:"OK, you can joint my class again if you can say that words once again in a good English!" (baiklah, kamu boleh belajar lagi sama saya kalau kamu bisa mengatakan sekali lagi perkataanmu tadi dalam bhs Inggris yang baik) - ini dengan maksud bahwa kalau dia tidak bisa mengatakan dengan baik, maka saya mempunyai alasan untuk menyuruh dia berhenti belajar (dasar saya sudah putus asa). Tapi tidak saya sangka Daniel mengulangi perkataannya dengan bhs Inggris sempurna:"Mam, if I walk with Thee, I believe that I can get this job".
Rupanya perkataan ini selalu diulang2 Daniel untuk membangkitkan iman dia pada saat dia sendiri putus asa .... (makanya pada waktu saya minta dia mengatakannya dlm bhs Inggris dengan lancar dia berkata ... jadi bukan krn dia pintar, tetapi karena dia sudah hapal ...) Maka tidak ada alasan bagi saya untuk tidak mengajarnya lagi, setelah belajar selama 12 bulan, tibalah waktunya Daniel untuk maju interview di perusahaan asing tempat dia melamar. Saya sebetulnya tahu bahwa bhs Inggrisnya belum sempurna sekali dan masih dibawah standar yang ditentukan oleh perusahaan, tapi kemauan dan iman dia bahwa dia akan ditolong Tuhan membuat saya pun bisa melepas dia interview dengan hati besar. Pada hari dia interview saya berdoa terus, saya mohon kepada Tuhan agar Tuhan tidak mengecewakan Daniel yang sungguh bergantung pada Tuhan.
Siang jam 2, Daniel tilpon saya dan mengatakan dia LULUS! Puji Tuhan!! Saya menangis terharu, saya merasa pasti bahwa tangan Tuhan yang sudah menolong Daniel, bukan karena saya guru yang hebat, atau bukan karena kemampuan Daniel berbahasa Inggris. Tapi betul2 karena tangan Tuhan ... Saya minta dia datang ke saya dan menceritakan semuanya secara detail.
Ternyata si interviewer, yaitu orang asing yang seharusnya menginterview Daniel pada hari itu tidak ada, karena harus pulang kampung ke London karena ibunya meninggal, dan penggantinya adalah orang Indonesia yang nama keluarganya atau marganya sama dengan Daniel ... yaitu "Sianturi". Jadilah interview itu bukan bhs Inggris full ... tapi seperti ngobrol ngalor ngidul campur2 bhs Inggris dan Batak ......

Saya PERCAYA bahwa ini bukan suatu KEBETULAN, yaitu KEBETULAN orang asingnya harus pulang kampung, dan KEBETULAN penggantinya "saudara sekampung" Daniel .... TAPI INI SUNGGUH MUJIZAT TUHAN ....

Akhirnya, tentu saja Daniel lulus interview dan sekarang dia sudah bekerja di Miami . Setiap kali telepon saya, Daniel selalu saya ingatkan bahwa dia mendapatkan pekerjaan ini hanya karena kebaikan Tuhan .... bukan kehebatan dia .... (karena dia memang bukan anak yang pandai) dan juga bukan kebetulan. Daniel menyadari itu dan selalu berkata:"Don' t worry Mam, I always walk with Thee ..."

"Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepadaNya, dan Ia akan bertindak" Maz 37:5

Sumber: Kesaksian yang indah dari Diana, Jakarta. Read More...... Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Apakah Engkau Mengasihi-KU

Sebuah Kisah Kasih

Suatu hari, aku bangun dini hari untuk menyaksikan sang surya terbit. Dan
keindahan karya ciptaan Tuhan sungguh tak terlukiskan. Sementara aku
mengaguminya, aku memuliakan Tuhan oleh karena karya-Nya yang mempesona.
Sementara aku duduk di sana, aku merasakan kehadiran Allah dalam diriku.

Ia bertanya kepadaku,

"Apakah engkau mengasihi Aku?"

Aku menjawab, "Tentu saja Tuhan! Engkaulah Allah dan Juruselamat-ku!"

Kemudian Ia bertanya,

"Seandainya engkau cacat jasmani, apakah engkau akan tetap mengasihi Aku?"

Aku terpana. Aku memandangi tanganku, kakiku dan seluruh bagian tubuhku yang
lain sambil memikirkan betapa banyak pekerjaan yang tidak akan dapat aku
lakukan, pekerjaan-pekerjaan yang selama ini aku anggap biasa. Dan aku
menjawab, "Akan sangat berat Tuhan, tetapi aku akan tetap mengasihi Engkau."

Kemudian Tuhan berkata,

"Seandainya engkau buta, apakah engkau akan tetap mengagumi ciptaan-Ku?"
Bagaimana aku dapat mengagumi sesuatu tanpa dapat melihatnya? Kemudian
pikiranku melayang kepada orang-orang buta di muka bumi ini dan betapa
banyak di antara mereka yang mengasihi Tuhan dan mengagumi ciptaan-Nya. Jadi
aku menjawab, "Sulit dibayangkan Tuhan, tetapi aku akan tetap mengasihi
Engkau."

Kemudian Tuhan bertanya kepadaku,

"Seandainya engkau tuli, apakah engkau akan tetap mendengarkan firman-Ku?"

Bagaimana aku dapat mendengar jika aku tuli? Aku tersadar, mendengarkan
Firman Tuhan tidak hanya dengan telinga, tetapi dengan hati. Maka aku
menjawab, "Akan sangat berat, Tuhan, tetapi aku akan tetap mendengarkan
firman-Mu."

Kemudian Tuhan bertanya,

"Seandainya engkau bisu, apakah engkau akan tetap memuliakan Nama-Ku?"

Bagaimana aku dapat memuji tanpa bersuara? Lalu menjadi jelas bagiku: Tuhan
menghendaki kita menyanyi dari kedalaman hati dan jiwa kita. Tidak jadi soal
apakah suara kita terdengar sumbang. Dan memuliakan Tuhan tidak selalu
dengan nyanyian, tetapi dengan berbuat baik kita menyampaikan pujian kepada
Tuhan dengan ucapan syukur. Jadi aku menjawab, "Meskipun aku tidak dapat
melantunkan nyanyian pujian, aku akan tetap memuliakan Nama-Mu."

Dan Tuhan bertanya, "Apakah engkau sungguh mengasihi Aku?"

Dengan tegas dan penuh keyakinan, aku menjawab lantang, "Ya Tuhan! Aku
mengasihi Engkau karena Engkaulah satu-satunya Allah yang Benar."

Aku pikir aku telah menjawab dengan benar, tetapi ....

Tuhan bertanya, "JIKA DEMIKIAN, MENGAPA ENGKAU BERDOSA?"

Aku menjawab, "Karena aku hanyalah seorang manusia yang tidak sempurna."

"JIKA DEMIKIAN, MENGAPA PADA SAAT SUKA ENGKAU MENYIMPANG JAUH?

MENGAPA HANYA PADA SAAT DUKA SAJA ENGKAU BERDOA DENGAN KHUSUK?"

Tidak ada jawaban. Hanya air mata.

Tuhan melanjutkan:

"Mengapa melantunkan pujian hanya di gereja dan di tempat-tempat retret?

Mengapa datang kepada-ku hanya pada saat doa?

Mengapa meminta dengan demikian egois?

Mengapa tidak setia?"

Air mata mengalir jatuh di pipiku.

"Mengapa engkau malu akan Aku?

Mengapa engkau tidak mewartakan Kabar Sukacita?

Mengapa pada saat aniaya engkau berpaling kepada yang lain sementara Aku
menyediakan punggung-Ku untuk memikul bebanmu?

Mengapa mengajukan alasan-alasan ketika Aku memberimu kesempatan untuk
melayani dalam Nama-Ku?"

Aku berusaha menjawab, tetapi tidak ada jawab yang keluar.

"Engkau dikaruniai hidup. Aku menciptakan engkau, jangan sia-siakan hidupmu.

Aku memberkati engkau dengan talenta-talenta untuk melayani Aku, tetapi
engkau senantiasa menghindar.

Aku telah menyingkapkan rahasia Firman-Ku kepadamu, tetapi pengetahuanmu
tidak bertambah.

Aku berbicara kepadamu, tetapi telingamu tertutup rapat.

Aku menunjukkan belas kasih-Ku kepadamu, tetapi matamu tidak melihat.

Aku mengirimkan penolong-penolong bagimu, tetapi engkau duduk berpangku
tangan sementara mereka engkau singkirkan.

Aku mendengarkan doa-doamu dan Aku telah menjawab semuanya."

"APAKAH ENGKAU SUNGGUH MENGASIHI AKU?"

Aku tidak mampu menjawab. Bagaimana mungkin? Aku amat malu.

Aku tidak punya penjelasan. Apa yang dapat aku katakan?

Ketika hatiku menjerit dan air mata telah membanjir, aku berkata,

"Ampuni aku, Tuhan. Aku tidak layak menjadi anak-Mu."

Tuhan menjawab, "Itu Rahmat, Anak-Ku."

Aku bertanya, "Jika demikian, mengapa Engkau terus-menerus mengampuni aku?
Mengapa Engkau demikian mengasihi aku?"

Tuhan menjawab, "Karena engkau adalah Ciptaan-Ku. Engkau adalah Anak-Ku. Aku
tidak akan meninggalkan engkau."

Jika engkau menangis, hati-Ku hancur dan Aku akan menangis bersamamu.

Jika engkau bersorak kegirangan, Aku akan tertawa bersamamu.

Jika engkau putus asa, Aku akan menyemangatimu.

Jika engkau jatuh, aku akan mengangkatmu.

Jika engkau lelah, Aku akan menggendongmu.

Aku akan menyertaimu sampai akhir jaman, dan Aku akan selalu mengasihimu
selamanya."

Belum pernah aku menangis sedemikian pilu sebelumnya.

Bagaimana mungkin aku bersikap dingin dan beku selama ini?

Bagaimana mungkin aku melukai hati-Nya dengan segala kelakuanku? Aku
bertanya kepada Tuhan, "Berapa besar Engkau mengasihi aku, Tuhan?"

Tuhan merentangkan kedua belah tangan-Nya, dan aku melihat tangan-Nya yang
berlubang tertembus paku.

Aku bersimpuh di kaki Kristus, Juruselamat-ku.

Dan untuk pertama kalinya aku berdoa dengan segenap hati. Read More...... Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Fever Pitch

Matthew 22:34-40

In the movie Fever Pitch, Ben Wrightman is crazy about the Boston Red Sox baseball team. He rarely misses a game during the spring and summer months.
One winter, Ben falls in love with a young woman named Lindsey and wins her heart. Then Spring rolls around, and she finds out that he's a different person during baseball season. He has no time for her unless she goes to the games with him.
When Lindsey ends her relationship with Ben because of his fanaticsm, he talks with a young friend, who says, " You love the Sox. But tell me, have they ever loved you back?"
Those words cause Ben to analyze his priorities and to give more time to the woman he loves, who loves him back.
We pour our lives into hobbies, pleasures, activities, work - many good things. But two things should always be thought about when making our choices. Jesus said, "You shall love the Lord your God with all your heart... You shall love your neighbor as yourself" (Matt 22:37,39).
When it seems our life is getting out of balance, the question, "Has that hobby or activity or thing ever loved me back?" may help to keep us in check. Loving God and loving people are what really count --- Anne Cetas Read More...... Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Toko Grosir Surga

2 Korintus 8:9

Suatu hari dalam perjalanan hidup saya, saya melihat sebuah papan bertuliskan, "Toko Grosir Surga".
Ketika saya berjalan dan hendak masuk ke toko itu, pintu segera terbuka dengan begitu lebar. Sementara berdiri dalam kebingungan ketika berada dalam toko tersebut,
saya melihat banyak malaikat yang berdiri dimana-mana.
Salah satu dari mereka memberikan keranjang belanja kepada saya
sambil berkata, "Anakku, berbelanjalah dan pilih apa saja yang engkau mau.
Semua kebutuhan orang Kristen tersedia di toko ini
dan jika engkau tidak bisa membawa semua belanjaan mu, engkau boleh
kembali lagi kesini." Pertama-tama saya mengambil KESABARAN dan KASIH,
karena keduanya berada di rak yang sama. Dibawah rak itu saya melihat PENGERTIAN dan saya pun mengambilnya. "Kau selalu memerlukannya dimanapun kau pergi," kata malaikat yang ada di depan saya.
Saya mengambil 2 kotak KEBIJAKSANAAN dan sekantong IMAN.
Saya juga tidak melupakan ROH KUDUS karena itu terletak di setiap tempat di dalam toko itu.
Saya berhenti sejenak untuk mengambil sebungkus KEKUATAN dan KETEGUHAN HATI
untuk menolong dan memampukan saya melalui perjuangan hidup ini.
Meskipun keranjang saya sudah penuh, tetapi saya teringat bahwa saya
membutuhkan ANUGERAH.
Saya juga tidak melupakan KESELAMATAN karena saya tahu itu merupakan barang yang gratis di toko tersebut.
Saya mengambil lebih, agar bisa membagikannya kepada orang lain yang
membutuhkannnya.
Saya berpikir, "ini kan cuma-cuma." Keranjang saya kini benar-benar penuh
dan saya berjalan ke kasir untuk membayar belanjaan.
Saya berpikir, "Dengan semua yang saya beli, saya pasti bisa menyenangkan Tuhan saya." Di depan kasir saya melihat DOA dan tanpa menunggu lebih lama
saya segera mengambilnya karena saya tahu tanpa DOA saya akan segera
jatuh dalam pencobaan.
DAMAI dan SUKACITA adalah dua hal penting yang hampir saya lupakan.
Saya segera mengambil satu keranjang kecil untuk keduanya dan untuk NYANYIAN PUJIAN.
Pada akhirnya saya berkata kepada malaikat,
"Sekarang berapa yang harus saya bayar?"
Ia hanya tersenyum dan berkata, " Kamu tinggal membawanya saja."
Sekali lagi saya bertanya dalam kebingungan, "Sungguh, berapa harga semua ini?"
Ia tersenyum dan berkata,
"Anakku, bertahun-tahun yang lalu Yesus telah mambayar semuanya untukmu."
Aku terharu, aliran-aliran bening membanjiri mataku.
Di dalam iman semuanya sudah tersedia bagi kita yang percaya kepada Yesus.
Kita tinggal mengambilnya kapan dan berapa banyak yang kita mau.
Alkitab berkata bahwa Ia datang supaya kita memiliki hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.
Dia menjadi miskin agar kita kaya dalam segala hal.
Saat ini "Toko Grosir Sorga" masih terbuka,
dan Yesus mengharapkan agar kita semua datang dan menikmati hasil dari pengorbananNya.

(MANNA SORGAWI no 99 tahun IX) Read More...... Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Seumur Hidup Jadi Tongkat Ibunda


Hawa udara di Changchun , Tiongkok, sangatlah dingin. Li Yuanyuan memanggul sang ibu yang lumpuh kedua kakinya sambil menggendong putrinya yang berusia dua tahun buru-buru ke rumah sakit karena sang ibu terkena serangan jantung lagi. Orang-orang yang berlalu lalang di jalan memandang mereka bertiga dengan mata terbelalak, semua takjub melihat seorang wanita yang kelihatannya kurus lemah justru memiliki tenaga untuk memanggul satu orang sambil menggendong satu lagi.......

Menurut laporan “City Evening Post”, di pagi buta, 13 Pebruari 2008, Li Yuanyuan telah memakaikan baju bagi anak dan sang ibu yang baru sembuh dari sakitnya. Jam 10 pagi, Yuanyuan berjongkok di depan sang ibu, meletakkan kedua kaki ibu di pinggangnya lalu memanggul sang ibu, kemudian menggendong putrinya yang berdiri di atas tempat tidur.

Kedua tangan Yuanyuan dipakai untuk menyangga sang ibu, sedangkan sang ibu membantu merangkul cucunya mengitari leher Yuanyuan. Dengan cara inilah tiga orang tersebut saling berangkulan dengan susah payah keluar dari rumah sakit. Sang ibu telah lumpuh selama 21 tahun, selama 21 tahun itu pulalah Yuanyuan terbiasa memanggul sang ibu keluar masuk rumah sakit.

Ketika Yuanyuan berusia 7 tahun terjadilah sebuah kecelakaan lalu lintas yang benar-benar telah merubah kehidupannya. Karena kecelakaan ini ibunda mengalami kelumpuhan pada kedua kaki yang diperparah dengan menghilangnya sang ayah. Sejak saat itu, Yuanyuan menjadi tulang punggung rumah tangga. Karena tidak ada penghasilan Yuanyuan menghidupi keluarga dengan menjadi pemulung, uang hasil kerja kerasnya habis terpakai untuk mengurus sang ibu.

Rasa bakti Yuanyuan kepada orang tua sangat menyentuh hati para tetangga, banyak tetangga yang dengan sukarela memberi bantuan kepada sang ibu dan putrinya ini. Karena sepanjang tahun hanya mampu berebahan, otot kaki sang ibu sering kejang, sakitnya tak tertahankan.

Ada seorang tetangga yang berprofesi sebagai seorang dokter tradisional tua, setiap hari membantunya memberikan terapi akupunktur terhadap ibu Yuan-yuan, bahkan mengajarnya menggunakan teknik akupunktur sederhana. Sejak berusia 11 tahun sampai sekarang, Yuanyuan sudah dapat menggunakan teknik akupunktur untuk meringankan rasa sakit ibunya.

Tiga tahun yang lalu, Yuan-yuan menikah, setahun kemudian, Yuanyuan melahirkan seorang putri. Namun di mana pun dan kapan pun, Yuanyuan tidak pernah meninggalkan sang ibu, dia dan suaminya bersama-sama memikul tanggung jawab mengurus sang ibu.

Meskipun rumah tangganya tidak terbilang kaya, mereka sangatlah puas. Sang ibu berkata, terkenang masa 21 tahun ini meskipun penuh penderitaan, namun dia sangat puas, dia merasa diri-nya sama dengan orang tua lain yang juga telah menikmati kehangatan keluarga.

Bagi Yuanyuan, selama 21 tahun ini, dia merasa dirinya sangat bahagia, karena dia adalah seorang anak yang masih memiliki seorang ibu.

“Saya rela menjadi tongkat ibu sepanjang hidupku.……” (Dajiyuan/prm) Read More...... Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Mengandalkan TUHAN

Bacaan: Mazmur 33:1-22

Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya
John Garlock dalam tulisannya yang berjudul Allah yang Mengubah manusia menceritakan kisah temannya yang bernama Nowel, yang ingin mengikuti perlombaan dayung perahu yang mana satu perahu diisi dua orang. Tiba-tiba datang seorang Indian dengan tubuh tinggi kekar menghampiri dia dan menawarkan apakah mau menjadi partnernya. Melihat postur orang Indian yang terlihat sangat kuat tersebut, Nowel langsung mengiyakan.
Saat peluit di tiup dan orang Indian berotot besar itu mulai mengayuh, Nowel yang sebenarnya tidak begitu bisa mendayung itu berkata, “Apa yang kulakukan selama 15 menit itu tidak lain agar aku jangan menghalangi usahanya, aku hanya mengayuh sedikit saja, dan karena kekuatan si Indian itu luar biasa, perahu kami melaju jauh meninggalkan yang lain dan memenangkan perlombaan itu!”.
Kisah tersebut merupakan gambaran yang sederhana bagaimana hidup kita bisa berkemenangan bersama Tuhan. Jika kita ingin memiliki hidup yang berkemenangan, biarkan Tuhan memegang penuh atas kemudi hidup kita dan mendominasi hidup kita.
Pada saat kita membutuhkan pertolongan-Nya, pastikan kita berserah penuh dan belajar dari strategi Nowel yaitu dengan “tidak menghalangi usaha-Nya”. Jika kita ingin hidup berkemenangan, jangan pernah mengandalkan kekuatan kita sendiri. Ingatlah bahwa kekuatan kita tidak seberapa dan kita pun terbatas dengan banyak hal. Namun jika kita mengandalkan Tuhan sebagai kekuatan, kita akan melihat betap dahsyat kuasa-Nya dalam hidup kita. Sebagai seorang pebisnis atau seorang pekerja Kristen, kita harus menyadari bahwa kunci keberhasilan kita bukanlah modal yang banyak, gelar pendidikan yang tinggi, pengalaman yang sudah bertahun-tahun, atau skill yang luar biasa. Kunci keberhasilan kita dalam pekerjaan tak lain adalah karena pertolongan Tuhan yang senantiasa menyertai hidup kita. Sebuah jaminan sukses jika kita berada satu perahu dengan Tuhan dan membiarkan Dia yang ambil kendali atasnya. Tidak ada jaminan keberhasilan yang lebih pasti dibandingkan penyertaan Yesus. Read More...... Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS